Minggu, 25 Desember 2011

Antara Sabar dan Sakit : Orang fasik menjadi Kekasih Allah

Dikalangan Bani israil ada lelaki fasik (gemar melakukan dosa) tidak pernah berhenti dari kejahatannya, sampai-sampai penduduk sekitar menjadi resah, dan satupun tidak ada yang berani meleerai. Semua penduduk hanya bisa berdoa kepada Alloh agar ia disadarkan. Sehingga akhirnya Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Musa as. yang memberitakan bahwa dikalangan bani israil ada lelaki fasik. Engkau harus mengusir pemuda itu agar kejahatannya tidak menimpa ke penduduk sekitar.

Nabi Musa as pun mengusir pemuda itu. namun si pemuda tetap berpindah-pindah desa dengan menyebar-nyebar kemungkaran. Dan sekali lagi Alloh mengeluarkan perintah untuk mengusir pemuda itu. Nabi Musa as pun mengusir si pemuda ke arah padang pasir. Disana tidak dijumpai satupun makhluk,tumbuh-tumbuhan atau hewan. Bahkan keluarganya pun jauh dari sisinya. Sampai akhirnya ia jatuh sakit keras. Dia terjatuh dan kepalanya tersungkur dipasir. Dia merintih " Andai ibuku ada disisi kepalaku, ia pasti merasa kasihan dan menangisi aku. Andai ayahku ada disini, ia pasti membantu menguruskan masalahku,andai isteriku disini, ia pasti menangisi kepergianku. Dan andai anak-anakku ada disini pula juga, ia pasti menangisi di belakang jenazahku sambil berdoa:" Ya Allah, ampunilah ayahku si pengembara yang tak berdaya, yang durhaka, yang fasik,dan yang terbuang dari negaranya, dari desa kedesa, dan sampai terasingkan pada padang yang luas. Dari sini ia keluar dari dunia menuju akherat dengan memutuskan segalanya".

Ya Allah, Engkau telah memisahkan aku dari kedua orangtuaku, anak-anakku dan isteriku. Namun janganlah Engkau putuskan Rahmat-Mu dariku. Engkau sudah membakar hatiku lantaran berpisah dengan mereka namun janganlah Engkau bakar aku dengan api neraka-Mu karena kedurhakaanku".

Maka saat itupun Allah mengutus para bidadari yang bisa menyerupai ibunya, isterinya, anak-anaknya dan menyerupai ayahnya. Mereka semua duduk disamping pemuda sambil menangis.

Pemuda itu merintih : " inikah ayahku, ibuku, isteriku dan anak-anakku sudah datang!". HAtinya langsung gembira. ia bisa mati ke rahmatulloh dalam keadaansuci dan terampuni.

Kemudian Allah Ta'ala menurunkan wahyu ke Nabi Musa as" Pergilah ke padang pasir ini dan ditempat ini, sebab disana telah wafat seorang wali(kekasih Allah) dari sekian waliyul-lloh. Hadirlah kesana, dan urus segala keperluannya".

Ketika Nami Musa as sampai disana, ia terhenyak dan melihat seorang pemuda yang dimaksud wali adalah pemuda yang dulu pernah terusir dari negaranya dengan perintah Allah jua. Nabi Musa as melihat sekitar jenazah pemuda ada beberapa bidadari.

Nabi Musa as berkata : " wahai Allah, bukankah pemuda ini yang pernah terusir dari negrinya atas perintah-Mu!'

Allah berfirman : " ini adalah Rahmat-Ku dan Pengampunan dari-Ku lantaran rintihannya dipadang luas, juga lantaran berpisahnya dengan tanah negrinya, berpisah dengan orangtuanya, anak-anaknya dan isterinya. lalu Aku mengutus beberapa bidadari untuk menyerupai semua keluarganya. Dan mereka semua ternyata iba melihat dia ditempat yang terpencil ini. Sebab ketahuilah bila seseorang mati ditempat yang terpencil, maka semua penghuni langit dan bumi menangis merasa kasihan pada dia : lantas Aku, Aku adalah dzat yang selalu menyayangi melebihi sayangnya mereka, apakah tidak seharusnya mengkasihani dia!”.

Minggu, 18 Desember 2011

HARTA

Dr. Amir Faishol Fath
Allah swt. selalu menceritakan dalam Al Qur'an mengenai kepastian hancurnya alam dunia. Dalam pembukaan surah At Takwir, Al Infithaar dan Al Insyiqaaq, digambarkan secara detil bagaimana langit yang kokoh ini kelak akan menjadi rapuh dan terkelupas, bintang-bintang akan terlepas dari porosnya, lautan akan dipanaskan lalu diluapkan dan menelan semua daratan, matahari dipadamkan sehingga tidak ada kehidupan lagi di muka bumi. Ini menunjukkan bahwa harta yang selama ini manusia perjuangkan akan berakhir. Harta tidak akan pernah bisa mempertahankan kehidupan di muka bumi. Sehebat apapun usaha manusia untuk memperpanjang hidupnya, kematian pasti akan tiba pada saat yang telah ditentukan.
Lalu apa yang akan terjadi setelah hancurnya alam dunia? Allah menjelaskan dalam banyak tempat dalam Al Qur'an bahwa kelak manusia akan dibangkitkan lagi untuk kehidupan abadi. Itulah kehidupan alam akhirat. Allah berfirman: Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui. (QS. Al Ankabuut:64). Dari ayat ini nampak bahwa di dunia ini tidak ada yang abadi, melainkan semua akan berakhir dengan kemusnahan. Dalam surah Ar Rahman:26-27 Allah berfirman: "Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan".
Masihkah dunia akan terus dipertahankan? Masihkan manusia akan terus terlena dengan kesenangan dunia? Masihkan manusia tidak akan segera berpikir mengenai alam akhirat? Masihkan manusia tidak akan segera merencanakan untuk kehidupan abadi? Alam akhirat Allah persiapan bukan untuk sementara, melainkan untuk selama-lamanya. Tidak ada kematian lagi setelah itu. Siapa yang selama di dunia mempersiapkan diri untuk menjadi penghuni surga dengan mentaati Allah dan rasul-Nya, ia akan bahagia selamanya. Sebaliknya, siapa yang selama di dunia mempersiapkan diri untuk menjadi bahan bakar neraka dengan mengingkari ajaran Allah dan rasul-Nya, ia akan menderita selamanya.
Dalam Al Qur'an Allah swt. selalu menceritakan orang-orang yang kelak pasti akan menyesal, karena selama di dunia lalai. Mereka tidak pernah percaya bahwa kelak akan dihisab semua amal dan kekayaan yang mereka punya. Akibatnya mereka terlena dengan kemewahan, bukan hanya itu mereka menjadi kikir dan rakus. Mereka tidak mau beramal untuk akhirat. Kekayaan mereka tumpuk hanya untuk kepentingan dunia saja. Uang yang mereka punya hanya ditransfer dari bank ke bank. Tidak sedikitpun yang mereka transfer ke akhirat. Begitu dunia dihancurkan oleh Allah, semua hartanya berakhir. Tidak bisa membantu mereka di alam akhirat.
Kelak mereka pasti akan menyesal. Mereka kelak akan berkata seperti yang Allah firmankan dalam surah Al Haqqah: 27-28: "Telah hilang kekuasaanku dariku" Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku". Kita simak lagi gambaran penyesalan mereka di akhir surah An Naba': 40: "Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata: "Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah". Dalam surah Al Mulk:10, penyesalan seperti ini Allah ceritakan lagi: Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala".
Sebelum menyesal, masih ada kesempatan untuk membuat harta kita menjadi abadi. Caranya: transferlah harta anda ke akhirat. Salurkan kekayaan anda melalui lembaga-lembaga sosial yang membantu fakir miskin dan anak yatim, lebih dari itu wakafkan harta anda untuk pelayanan sosial seperti masjid, sekolah pendidikan agama dan rumah sakit. Dari sini harta anda akan bergerak mencarikan pahala untuk anda. Dari sini kecapean yang selama ini anda lakukan tidak akan menjadi sia-sia. Anda kelak ditunggu oleh harta anda di surga. Wallahu a'lam bishawab.
Sumber :
http://www.wakafcenter.com/berita-93-harta-abadi.html

Rahasia Dibalik Kalimat Adzan Di Waktu Subuh


B i s m i l l a h . . .
Mungkin ada dari Teman-Teman yang kerap kali tak menyadari, apa sebab Allah Azza wa Jalla memerintahkan kita bangun pagi dan shalat subuh? Dan mengapa dalam adzan subuh terdengar kalimat yang berbeda, kalimat yang tidak ada pada azan di lain waktu.
________
“ash shalaatu khairun minan naum“________
Jika kita terjemahkan, akan berarti Sholat itu Lebih Baik Daripada Tidur. Tetapi coba perhatikan baik baik. Mengapa kalimat itu hanya dikumandangkan saat adzan subuh saja? Teman2 benar........dalam kalimat itu Allah Azza wa Jalla ternyata sedang memberikan isyarat kasih sayangnya pada kaum muslimin, sebuah isyarat yang sering kita abaikan maknanya, yang jika kita tangkap isyarat itu kira kira akan berbunyi seperti ini
_______
" shalat (pada saat) itu lebih baik dari pada tidur"_____.
Subhanallah Laa Khaula Wa Laa Quwwata Illa Billaah, Lalu mengapa isyarat itu justru dikumandangkan hanya pada shalat subuh, tatkala kita semua sedang terlelap, dan bukan pada adzan untuk shalat lain?.
Pada studi MILIS, studi GISSI 2 dan studi-studi lain di luar negeri, yang dipercaya sebagai suatu penelitian yang shahih mendapati sebuah kesimpulan jika puncak terjadinya serangan jantung sebagian besar dimulai pada jam 6 pagi sampai jam 12 siang.
Mengapa demikian? Karena pada saat itu sudah terjadi perubahan pada sistem tubuh dimana terjadi kenaikan tegangan saraf simpatis (istilah Cina:Yang) dan penurunan tegangan saraf parasimpatis (YIN).
Tegangan simpatis yang meningkat akan menyebabkan kita siap tempur, tekanan darah akan meningkat, denyutan jantung lebih kuat dan sebagainya.
Pada tegangan saraf parasimpatis yang meningkat maka terjadi penurunan tekanan darah, denyut jantung kurang kuat dan ritmenya melambat. Terjadi peningkatan aliran darah ke perut untuk menggiling makanan dan berkurangnya aliran darah ke otak sehingga kita merasa mengantuk, pokoknya yang cenderung kepada keadaan istirahat.
Pada pergantian waktu pagi buta (mulai pukul 3 dinihari) sampai siang itulah secara diam-diam tekanan darah berangsur naik, terjadi peningkatan adrenalin yang berefek meningkatkan tekanan darah dan penyempitan pembuluh darah (efek vasokontriksi) dan meningkatkan sifat agregasi trombosit (sifat saling menempel satu sama lain pada sel trombosit agar darah membeku) walaupun kita tertidur.
Aneh bukan? Hal ini terjadi pada semua manusia, setiap hari termasuk anda dan saya maupun bayi anda. Hal seperti ini disebut sebagai ritme Circardian/Ritme sehari-hari, yang secara kodrati diberikan Allah Azza wa Jalla kepada manusia.
Furgot dan Zawadsky pada tahun 1980 dalam penelitiannya mengeluarkan sekelompok sel dinding arteri sebelah dalam pada pembuluh darah yang sedang diselidikinya (dikerok). Pembuluh darah yang normal yang tidak dibuang sel-sel yang melapisi dinding bagian dalamnya akan melebar bila ditetesi suatu zat kimia yaitu: Asetilkolin.
Pada penelitian ini terjadi keanehan, dengan dikeluarkannya sel-sel dari dinding sebelah dalam pembuluh darah itu, maka pembuluh tadi tidak melebar kalau ditetesi asetilkolin.
Penemuan ini tentu saja menimbulkan kegemparan dalam dunia kedokteran.
“Jadi itu toh yang menentukan melebar atau menyempitnya pembuluh darah, sesuatu penemuan baru yang sudah sekian lama, sekian puluh tahun diteliti tapi tidak ketemu”.
Penelitian itu segera diikuti penelitian yang lain diseluruh dunia untuk mengetahui zat apa yang ada didalam sel bagian dalam pembuluh darah yang mampu mengembangkan/melebarkan pembuluh itu. Dari sekian ribu penelitian maka zat tadi ditemukan oleh Ignarro serta Murad dan disebut NO/Nitrik Oksida.
Ketiga penelitian itu Furchgott dan Ignarro serta Murad mendapat hadiah NOBEL tahun 1998.
Zat NO selalu diproduksi, dalam keadaan istirahat tidur pun selalu diproduksi, namun produksi dapat ditingkatkan oleh obat golongan Nifedipin dan nitrat dan lain-lain tetapi juga dapat ditingkatkan dengan bergerak, dengan olahraga.
Efek Nitrik oksida yang lain adalah mencegah kecenderungan membekunya darah dengan cara mengurangi sifat agregasi/sifat menempel satu sama lain dari trombosit pada darah kita.
Jadi kalau kita kita bangun tidur pada pagi buta dan bergerak, maka hal itu akan memberikan pengaruh baik pada pencegahan gangguan kardiovaskular.
Naiknya kadar NO dalam darah karena exercise yaitu wudhu dan shalat sunnah dan wajib, apalagi bila disertai berjalan ke mesjid merupakan proteksi bagi pencegahan kejadian kardiovaskular......... tanpa manusia menyadarinya.
Selain itu patut dicatat bahwa pada posisi rukuk dan sujud terjadi proses mengejan, posisi ini meningkatkan tonus parasimpatis (yang melawan efek tonus simpatis). Dengan exercise tubuh memproduksi NO untuk melawan peningkatan kadar zat adrenalin di atas yang berefek menyempitkan pembuluh darah dan membuat sel trombosit darah kita jadi bertambah liar dan saling merangkul.
Allah Azza wa Jalla, sudah sejak awal Islam datang menyerukan shalat subuh. Hanya saja Allah Azza wa Jalla tidak secara jelas menyatakan manfaat akan hal ini karena tingkat ilmu pengetahuan manusia belum sampai dan masih harus mencarinya sendiri walaupun harus melalui rentang waktu ribuan tahun.
Petunjuk bagi kemaslahatan umat adalah tanda kasihNya pada hambaNya. Bukti manfaat instruksi Allah baru datang 1400 tahun kemudian.
Allahu Akbar.
Salam ► Asiyah Muthmainnah

Minggu, 04 Desember 2011

Puasa Bulan Muharram

Jangan Lupa Puasa Tasu'a & Asyura Besok Senin-Selasa, Agar Hapus Dosa Setahun

Oleh: Badrul Tamam

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang menjadikan beberapa musim sebagai ladang memanen pahala, salah satunya pada syahrullah al-Muharram. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah yang telah melaksanakan puasa ‘Asyura dan berniat melaksanakan puasa Tasu’a, beserta keluarga dan para sahabatnya.

Bulan Muharram merupakan salah satu dari empat bulan haram yang telah Allah muliakan. Secara khusus Allah melarangan berbuat zalim pada bulan ini untuk menunjukkan kehormatannya. Allah Ta’ala berfirman,

فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

“Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. Al-Taubah: 36)

Ini menunjukkan, mengerjakan perbuatan zalim/maksiat pada bulan ini dosanya lebih besar daripada dikerjakan pada bulan-bulan selainnya. Sebaliknya, amal kebaikan yang dikerjakan di dalamnya juga dilebihkan pahalanya. Salah satu amal shalih yang dianjurkan oleh Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam untuk dikerjakan pada bulan ini ibadah shiyam. Beliau menganjurkan untuk memperbanyak puasa di dalamnya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda,

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ

"Puasa yang paling utama sesudah puasa Ramadlan adalah puasa pada Syahrullah (bulan Allah) Muharram. Sedangkan shalat malam merupakan shalat yang paling utama sesudah shalat fardlu." (HR. Muslim, no. 1982)

Menurut Imam Al-Qaari berkata, bahwa secara zahir, maksudnya adalah seluruh hari-hari pada bulan muharram ini. Tetapi telah disebutkan dalam hadits shahih bahwa Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam tidak pernah sama sekali berpuasa sebulan penuh kecuali di Ramadhan. Maka hadits ini dipahami, dianjurkan untuk memperbanyak puasa pada bulan Muharram bukan seluruhnya.

Puasa Tasu’a dan ‘Asyura

Pada umumnya dianjurkan untuk memperbanyak puasa pada bulan Muharram ini. Hanya saja perhatian khusus Syariat tertuju pada satu hari, yaitu hari ‘Asyura. Berpuasa pada hari tersebut bisa menghapuskan dosa setahun yang lalu.

Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda,

وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

"Puasa hari 'Asyura, sungguh aku berharap kepada Allah agar menghapuskan dosa setahun yang telah lalu." (HR. Muslim no. 1975)

Kapankah Hari ‘Asyura Itu?

Hari ‘Asyura adalah hari kesepuluh dari bulan Muharram. Demikianlah pendapat jumhur ulama dan yang nampak dari zahir hadits berdasarkan kemutlakan lafaznya dan yang sudah ma’ruf menurut ahli bahasa. (Disarikan dari al-Majmu’ oleh Imam al-Nawawi)

Ibnu Qudamah berkata, ‘Asyura adalah hari kesepuluh dari bulan Muharram. Ini merupakan pendapat Sa’id bun Musayyib dan al-Hasan al-Bashri yang sesuai dengan riwayat dari Ibnu ‘Abbas, “Rasullah shallallaahu 'alaihi wasallam memerintahkan berpuasa pada hari ‘Asyura, hari kesepuluh dari bulan Muharram.” (HR. ِl-Tirmidzi, beliau menyatakan hadits tersebut hasan shahih)

Diriwayatkan dalam Shahihain, dari Ibnu ‘Abbas, Ibnu Umar, dan Asiyah bahwa Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam telah berpuasa ‘Asyura dan memerintahkan untuk berpuasa padanya.

Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu pernah menceritakan tentang puasa Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam,

مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ عَلَى غَيْرِهِ إِلَّا هَذَا الْيَوْمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَهَذَا الشَّهْرَ يَعْنِي شَهْرَ رَمَضَانَ

Aku tidak penah melihat Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam bersemangat puasa pada suatu hari yang lebih beliau utamakan atas selainnya kecuali pada hari ini, yaitu hari ‘Asyura dan pada satu bulan ini, yakni bulan Ramadhan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Anjuran Jangan Puasa ‘Asyura Saja, Tapi Sertakan Satu Hari Sebelumnya

Disunnahkan untuk menambah puasa Asyura dengan puasa pada hari sebelumnya, yaitu tanggal Sembilan Muharram yang dikenal dengan hari Tasu’a. Tujuannya, untuk menyelisihi kebiasaan puasanya Yahudi dan Nashrani. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, beliau berkata, “Ketika Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa padanya, mereka menyampaikan, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya hari itu adalah hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan Nashrani.’ Lalu beliau shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda, ‘Kalau begitu, pada tahun depan insya Allah kita berpuasa pada hari kesembilan’. Dan belum tiba tahun yang akan datang, namun Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam sudah wafat.” (HR. Muslim, no. 1916)

Berkata Imam al-Syafi’i dan para sahabatnya, Ahmad, Ishaq dan selainnya, “Disunnahkan berpuasa pada hari kesembilan dan kesepuluh secara  keseluruhan, karena Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam telah berpuasa pada hari ke sepuluh dan berniat puasa pada hari kesembilan.”

Apa Hikmah Berpuasa Pada Hari Tasu’a?

Imam al-Nawawi rahimahullaah menyebutkan tentang tiga hikmah dianjurkannya shiyam hari Tasu’a: Pertama, maksud disyariatkan puasa Tasu’a untuk menyelesihi orang Yahudi yang berpuasa hanya pada hari ke sepuluh saja.

Kedua, maksudnya adalah untuk menyambung puasa hari ‘Asyura dengan puasa di hari lainnya, sebagaimana dilarang berpuasa pada hari Jum’at saja. Pendapat ini disebutkan oleh al-Khathabi dan ulama-ulama lainnya.

Ketiga, untuk kehati-hatian dalam pelaksanaan puasa ‘Asyura, dikhawatirkan hilal berkurang sehingga terjadi kesalahan dalam menetapkan hitungan, hari ke Sembilan dalam penanggalan sebenarnya sudah hari kesepuluh.

Dan alasan yang paling kuat disunnahkannya puasa hari Tasu’a adalah alasan pertama, yaitu untuk menyelisihi ahli kitab. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullaah dalam al Fatawa al-Kubra berkata, “Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam melarang bertasyabbuh dengan ahli kitab dalam banyak hadits. Seperti sabda beliau tentang puasa ‘Asyura,

لَئِنْ عِشْتُ إلَى قَابِلٍ لاَصُومَنَّ التَّاسِعَ

Jika saya masih hidup di tahun depan, pasti akan berpuasa pada hari kesembilan.” (HR. Muslim)

Ibnu Hajar rahimahullaah dalam catatan beliau terhadap hadits, “Jika saya masih hidup di tahun depan, pasti akan berpuasa pada hari kesembilan”, Keinginan beliau untuk berpuasa pada hari kesembilan dibawa maknanya agar tidak membatasi pada hari itu saja. Tapi menggabungkannya dengan hari ke sepuluh, baik sebagai bentuk kehati-hatian ataupun untuk menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani. Dan ini merupakan pendapat yang terkuat dan yang disebutkan oleh sebagian riwayat Muslim.”

Bolehkah Berpuasa Pada Hari ‘Asyura Saja?

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullaah dalam al-Fatawa al-Kubra Juz ke IV berkata, “Puasa hari ‘Asyura menjadi kafarah (penghapus) dosa selama satu tahun dan tidak dimakruhkan berpuasa pada hari itu saja.” Sedangkan Ibnu Hajar al-Haitami dalam Tuhfah al-Muhtaj menyimpulkan bahwa tidak apa-apa berpuasa pada hari itu saja.

Kapan Hari Tasu’a dan ‘Asyura Pada Tahun Ini?

Hari Tasu’a dan ‘Asyura pada tahunini,  1433 Hijriyah, sebagaimana yang tertera dalam kalender yang beredar di masyarakat Indonsia -Insya Allah-, jatuh pada hari Senin dan Selasa besok yang bertepatan dengan tanggal 05 dan 06 Desember 2011 M.

Salah seorang ihwan dari pengurus Jama'ah Ansharut Tauhid (JAT) mengirimkan pesan kepada kami tadi pagi, "JIC: Berdasarkan informasi yang kami terima dari Makkah bahwa awal bulan Muharram jatuh pada tanggal 27 November, maka JAT Markaziyah menetapkan puasa Tasu'a dan 'Asyura dilaksanakan pada hari Senin dan Selasa, 5-6 Desember."  

Maka kami mengajak saudara-saudara seiman untuk berpuasa pada dua hari tersebut untuk menghidupkan sunnah Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam ini. Semoga kita mendapatkan janji yang disebutkan dalam hadits nabawi, yaitu diampuni dosa-dosa selama setahun yang lalu. Semoga Allah memberikan kemudahan dan kekuatan kepada kita untuk melaksanakannya. [PurWD/voa-islam.com]

Untuk anakku–kisah teladan

Bismillahirr Rahmanirr Rahim …

Nak.. ibu tak punya banyak cerita untuk hidupmu, tapi ibu punya pesan yang ingin disampaikan untuk hidupmu..

Esok jika engkau tak lagi disisi ibu, ketahuilah nak..bahwa dunia ini tak selembut belai yang pernah engkau rasa, tak sehangat keluarga yang pernah engkau punya.

Tapi yakinlah nak..

Jika engkau menjaga-Nya dihatimu maka Dia akan menjagamu juga dalam perlindungan Maha Kuat.

Jika engkau mencintai-Nya maka Dia akan membuat makhluk-Nya mencintaimu juga.

Esok jika engkau tak lagi disisi ibu, ketahuilah nak..ada beragam orang yang akan engkau temui dan mereka punya sisi indah sendiri yang bisa engkau nikmati.

Jangan jauhi mereka karena kekasarannya karena ketika itu engkau akan belajar untuk kuat.

Jangan jauhi mereka karena kelemahannya karena ketika itu engkau akan belajar untuk lembut.

Jangan jauhi mereka karena kuasanya karena ketika itu engkau akan belajar untuk bijak, dan

Jangan jauhi mereka karena ketidak berdayaannya karena ketika itu engkau akan belajar untuk bangkit.

Nak..jadilah pembelajar sejati yang menjadikan ayat-Nya sebagai tanda.

Engkau tak harus duduk dibelakang meja untuk belajar banyak hal karena kebanyakan hal yang harus engkau pelajari sudah disediakan-Nya disekitarmu.

Jika esok engkau berkenalan dengan pencopet maka belajarlah untuk bergerak lincah.

Jika esok engkau berkenalan dengan maling maka belajarlah tepat waktu.

Jika esok engkau berkenalan dengan koruptor maka belajarlah tentang taktik dan loby.

Jika esok engkau berkenalan dengan teroris maka belajarlah untuk teliti dan hati-hati.

Jika esok engkau berkenalan dengan pandai besi maka belajarlah untuk tekun.

Jika esok engkau berkenalan dengan prajurit-Nya maka belajarlah untuk istiqomah.

Itulah hidup, selalu indah jika engkau bisa menemukan sudut terbaik untuk kau menatap..

Dan ketahuilah nak bahwa Rabb adalah ‘pendidik’ Maha Pintar yang bisa menjawab semua tanyamu, semua ragumu dan semua rasa ingin tahumu.

Percayalah nak…

Dia menjadikan semua itu sebagai media pembelajaran- sebagai alat untukmu belajar memilah bahwa dari satu entitas ada hal yang Dia sukai dan hal yang Dia benci..

Jadi ambilah apa yang Dia ingin untuk kau pelajari dan tinggalkan apa yang tidak Dia sukai.

Ingatlah bahwa Dia tidak menciptakanmu kecuali untuk menyembah-Nya..

Sabtu, 03 Desember 2011

Aktifkan BINTANG di JIWAmu

Bagaimana menggapai impian dengan tetap menjadikan Allah sebagai tempat ikatan yang sejati, dan bukanlah impian itu yang menjadi tempat kita terikat.

Metode yang saya gunakan adalah metode dengan akronim BINTANG. Bintang adalah akronim dari :

B : Bedakan dirimu

I : Izinkan Ruh memimpinmu

N : Netralkan ambisimu

T : Tetapkan impianmu

A : Aktifkan 'Azzammu (Azzam=Tekad)

N : Nikmati perjalananmu

G : Gantungkan pada Tuhanmu Allah Azza wa Jalla

Mari kita mulai :

B : Bedakan dirimu

Tidak mungkin Allah menciptakan makhlukNya tanpa dibekali potensi yang unik. Allah tak pernah cacat menciptakan makhlukNya, hanya pandangan manusia saja lah yang tak mampu melihat kesempurnaan ciptaanNya. Itu sebabnya, setiap orang pasti mempunyai potensi yang unik, yang membuatnya berbeda dari yang lain.

Dan potensi unik terbaik yang Allah berikan kepada kita akan kita temukan jika kita terus berjalan dengan penuh semangat di atas jalanNya, bekerja dan berkarya dalam ridhoNya. Dengan demikian, Tidak perlu ingin tampil beda agar terlihat berbeda. Tapi lakukan saja yang terbaik, maka kita akan tampil beda dan mengesankan.

I : Izinkan Ruh memimpinmu

Tubuh kita terdiri dari Jasad dan Ruh, atau dari Jasmani dan Ruhani. Jika ibarat Mobil, maka Ruh adalah Pemilik sekaligus Driver utama dari Mobil tersebut, sedangkan Jasad adalah bentuk fisik dari Mobilnya. Sedangkan Otak dan Hati adalah sebagai penumpangnya, atau "driver bayaran" untuknya.

Orang yang cerdas, adalah orang yang menjadikan Ruh pada dirinya sebagai pemilik sekaligus driver utama bukan sebagai driver bayaran atau hanya penumpang atau hanya sebagai fisik mobilnya. Ruh tidak harus menyetir sendiri mobilnya. Mungkin saja yang menyetir bisa giliran, kadang Otak atau kadang Hati, yang penting sang Ruh tetap mengendalikan Otak dan Hati.

Sedangkan orang yang kurang cerdas adalah orang yang mengabaikan instruksi dari Ruh titipan-Nya, ia seringkali hanya terbawa emosi (hati) atau terbawa pikirannya (otak). Dan yang lebih parah lagi adalah ketika pikiran dan hatinya tak lagi mampu menguasai diri dan menguasai mobilnya, sehingga terjadilah kecelakaan yang tak diinginkan.

N : Netralkan ambisimu

Ambisi adalah kehendak Anda yang kuat atas keinginan-keinginan yang bersifat duniawi. Kita tak mungkin bisa menetralkan ambisi kita kalau kita tak memiliki ambisi. Lha, apa yang mesti dinetralkan jika tak ada yang perlu dinetralkan. Itu sebabnya milikilah sebuah atau beberapa ambisi, lalu akuilah kepada Allah bahwa itulah ambisi Anda, sehingga Anda berdo'a padaNya agar tercapai ambisi Anda tersebut. Setelah itu netralkanlah, janganlah kita terikat kepada Ambisi kita, dan rasakahlah kehadiran Allah secara penuh.

T : Tetapkan impianmu

Setelah Anda menetralkan Ambisi Anda, maka kini saatnya Anda menetapkan Impian Anda. Ambisi lebih dekat kepada "keinginan" sedangkan Impian lebih dekat kepada "Kebutuhan". Jangan sampai Anda terbias antara keinginan dan kebutuhan. Jika itu hanya sekedar keinginan maka netralkanlah tapi jika itu adalah sebuah kebutuhan maka usahakanlah dengan seantusias dan setuntas mungkin.

Milikilah impian, hanya orang-orang yang memiliki impianlah yang sadar bahwa impiannya telah tercapai sehingga ia lebih mudah untuk bersyukur kepada Allah Azza wa Jalla.

A : Aktifkan 'Azzammu

'Azzam adalah tekad kuat untuk mencapai impian. Menetapkan impian saja tidaklah cukup jika tidak diiringi Azzam yang kuat, yakni azzam yang diiringi oleh Tawakkal yang penuh kepada Allah Azza wa Jalla. Aktifkan azzam Anda, bulatkan tekad Anda. Impian yang kuat harus diiringi tekad yang bulat.

N : Nikmati perjalananmu

Orang biasa hanya mampu menikmati hasil dari perjalanan, sedangkan orang luar biasa mampu menikmati proses dari perjalanan tersebut.

Setelah tekad Anda bulat maka berjalanlah dengan cepat menuju impian Anda. Gunakan "jalan tol" agar Anda lebih cepat sampai kepada apa yang Anda impikan. Jalan tol adalah jalan bebas hambatan, jalannya mulus dan kendaraannya sedikit. Namun sayang, sekarang di jalan Tol pun sudah macet. Salah satu cara terbaik agar di jalan tol tidak macet maka harga tiket masuk harus dinaikkan berlipat-lipat dan jalan harus semakin dipermulus dan dibeton dengan kuat.

Bayangkan jika harga tiket masuk tol jagorawi mencapai Rp. 100.000 per mobil, maka kondisi jalan tol jagorawi akan semakin bebas hambatan. Nah, harga tiket masuk itu ibarat "sedekah" Anda, dan semakin banyak Anda sedekah maka semakin besar peluang Anda sampai kepada tujuan karena semakin sedikit kendaraan yang masuk ketol dan semakin besar peluang agar jalan tol yang berlubang segera diperbaiki. Jalan tol yang berlubang adalah ibarat "dosa-dosa" kita. Dengan sedekah yang banyak, maka kita sedang menambal-dosa-dosa kita.

G : Gantungkan pada Tuhanmu (Allah Azza wa Jalla)

Dan terakhir, gantungkanlah segala sesuatunya kepada Allah Azza wa Jalla. Tugas kita sebagai manusia adalah berusaha dengan sepenuh kemampuan kita, sedangkan hasil itu adalah hak dari Allah Azza wa Jalla. Namun, karena kita yakin bahwa Allah itu MAHAADIL dan MAHABIJAKSANA maka sangatlah tidak mungkin Allah menzalimi hamba-hambaNya dengan cara memberikan hasil akhir yang buruk padahal hambaNya sudah melakukan proses yang baik dan benar dengan sepenuh jiwa dan raganya.

Bukan gantungkan cita-citamu setinggi langit, tapi gantungkanlah cita-citamu kepada Allah Azza wa Jalla yang menguasai langit dan bumi. Bukan Ta' kawal tapi Tawakkal, bukan Ber-resah tapi Ber-serah.

Kamis, 24 November 2011

7 golongan yang mendapat Perlindungan Alloh di hari Akhir

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saudara saudariku yang kucintai. Kali ini kita membahas tujuh golongan manusia yang dimuliakan oleh Allah di hari akhirat kelak.

Ikhwah fillah rahimakumullah, simaklah hadits Rasulullah SAW, hadits mutafaqun'alaih, shahih Bukhari Muslim:

Dari Nabi SAW, beliau bersabda: "Ada tujuh golongan yang bakal dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya, pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu: Pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dengan ibadah kepada Allah (selalu beribadah), seseorang yang hatinya bergantung kepada masjid (selalu melakukan shalat berjamaah di dalamnya), dua orang yang saling mengasihi di jalan Allah, keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah, seseorang yang diajak perempuan berkedudukan dan cantik (untuk bezina), tapi ia mengatakan: "Aku takut kepada Allah", seseorang yang diberikan sedekah kemudian merahasiakannya sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang dikeluarkan tangan kanannya, dan seseorang yang berdzikir (mengingat) Allah dalam kesendirian, lalu meneteskan air mata dari kedua matanya." (HR Bukhari)

Tujuh golongan yang akan mendapat perlindungan dari Allah yang pada hari itu tidak ada perlindungan kecuali hanya perlindungan Allah.

Yang pertama, imamun adil, pemimpin yang adil, hakim yang adil. Subhanallah, terdepan, yang pertama mendapat perlindungan Allah. Dan sungguh negeri Indonesia yang tercinta ini sangat merindukan pemimpin yang adil, hakim yang adil.

Yang kedua, pemuda yang aktif, gesit, dalam ibadah kepada Allah SWT. Aktivitasnya mendekatkan dirinya kepada Allah SWT.

Yang ketiga, manusia, hamba Allah, yang hatinya senang berada di dalam masjid. Dia betah di masjid. Shalat berjama'ah, ia senang, subuh-subuh ia menegakkan shalat berjamaah. Allahu Akbar, tentu ini hamba Allah yang benar-benar beriman kepada Allah.

Kemudian yang keempat, orang yang bersedakah yang tangan kanannya memberi tapi tangan kirinya tidak tahu. Subhanallah.. Apa ini? Orang yang ikhlash, tidak riya, tidak ujub.

Kemudian yang kelima, orang yang saling mencintai karena Allah, bertemu karena Allah, berpisah karena Allah.

Yang keenam, sangat sulit ini, pemuda yang dirayu, digoda, oleh wanita cantik yang memiliki kekayaan, lalu ia berkata: "Aku takut kepada Allah". Keinginan maksiatnya ada, tapi rasa takutnya kepada Allah lebih hebat, sehingga ia tidak mau melakukan kemaksiatan. Kita sangat merindukan pemuda, yang memiliki kualitas keimanan yang luar biasa, sehingga ia mampu menahan dari berbagai macam godaan.

Kemudian yang ketujuh, yaitu pemuda, atau hamba Allah, atau orang yang dalam ingatannya kepada Allah, dalam ibadahnya, dalam doanya, dalam dzikirnya, ia menangis. Allahu Akbar, menangis.. Dua tetesan yang dibanggakan Allah di hari kiamat, pertama tetesan darah fii sabilillah, kedua tetesan air mata karena menangis, takut azab Allah, karena merasa bersalah atas segala dosa yang ia lakukan kepada Allah, karena ia sangat mencintai Allah.

Subhanallah.. Inilah golongan yang kelak mendapat pertolongan Allah di hari kiamat kelak.

Subhanakallahumma wabihamdika asyhaduallaailaahailla anta astaghfiruka wa atubuilaik. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

sumber : http://pembinaanpribadi.blogspot.com/2011/11/tentang-tujuh-golongan-yang-mendapat.html

Rabu, 23 November 2011

Kenapa Nabi Sering Berlindung dari Utang dan Dosa sekaligus

image

"Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari adzab kubur, aku berlindung kepada-Mu dari bahaya dajjal, aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan hidup dan mati. Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari berbuat dosa dan banyak utang"

Dalam sebuah do’a yang dibaca di akhir shalat (sebelum salam), Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta perlindungan dari dua hal ini yaitu berbuat dosa dan banyak utang.

Bukhari membawakan hadits ini pada pembahasan adzan, sedangkan Muslim membawakan hadits ini pada pembahasan masjid dan tempat shalat.

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan,

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berdoa di akhir shalat (sebelum salam): ALLAHUMMA INNI A’UDZU BIKA MIN FITNATIL MASIHID DAJJAL, WA A’UDZU BIKA MIN FITNATIL MAHYA WAL MAMAAT, ALLAHUMMA INNI A’UDZU BIKA MINAL MA’TSAMI WAL MAGROM [Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari adzab kubur, aku berlindung kepada-Mu dari bahaya dajjal, aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan hidup dan mati. Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari berbuat dosa dan banyak utang].”

Ibnul Qoyyim dalam Al Fawa’id (hal. 57, Darul Aqidah) mengatakan,

"Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta perlindungan kepada Allah dari berbuat dosa dan banyak utang karena banyak dosa akan mendatangkan kerugian di akhirat, sedangkan banyak utang akan mendatangkan kerugian di dunia. "

Itulah yang diajarkan oleh suri tauladan kita. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa berdoa meminta perlindungan dari kedua hal ini dengan tujuan agar tidak merugi di dunia dan akhirat.

Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari berbuat dosa dan banyak utang. Kami juga berlindung kepada-Mu dari kerugian di dunia dan akhirat. AMIN …

****

Disusun siang hari, 9 Dzulqo’dah 1429, di Panggang-Gunung Kidul.

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Sumber : http://rumaysho.com/belajar-islam/manajemen-qolbu/233-kenapa-nabi-sering-berlindung-dari-utang-dan-dosa-sekaligus.html

Kisah Abu Hurairah dan ibunya

Di dalam Shahih Muslim terdapat kisah Abu Hurairah dan Ibunya. Kisah ini sangat menarik dan mengandung banyak pelajaran. Dahulu ibu Abu Hurairah adalah seorang yang musyrik. Sebagai seorang muslim, Abu Hurairah senantiasa mengajak ibunya agar masuk ke dalam Islam. Tapi apa yang dilakukan oleh ibunya? Ibu Abu Hurairah malah membalas ajakan tersebut dengan ucapan yang jelek terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Abu Hurairah pun merasa sedih. Sampai-sampai dia menangis dan menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Abu Hurairah berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mengajak ibuku masuk Islam. Tapi dia tidak mau menurutiku. Satu hari aku mengajaknya lagi. Tetapi dia malah mengucapkan sesuatu tentangmu yang aku benci. Doakanlah kepada Allah agar memberi hidayah kepada Ibuku”. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun berdoa,

“Ya Allah, berilah hidayah kepada Ibunya Abu Hurairah.” Abu Hurairah pun merasa sangat girang. Beliau begitu gembira dengan doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Abu Hurairah pun pulang ke rumahnya. Ketika beliau sampai ke pintu, ternyata pintu itu tertutup. Ibu Abu Hurairah mendengar langkah kaki putranya. Ibunya lalu berkata, “Tetap di tempatmu, wahai Abu Hurairah.” Dari luar Abu Hurairah mendengar suara gemericik air. Ternyata Ibunya sedang mandi. Ibunya kemudian memakai baju dan kerudungnya. Beliau membuka pintu dan berkata, “Wahai Abu Hurairah… Aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya.” Akhirnya ibu Abu Hurairah masuk Islam. Doa Rasulullah pun dikabulkan oleh Allah ta’ala.

Betapa sayangnya Abu Hurairah kepada ibunya. Dia tidak membiarkan ibunya berada di dalam kekafiran. Dia terus menerus berdakwah dengan penuh kesabaran agar ibunya menerima Islam. Demikian juga akhlak mulia dari Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Ketika mendengar pengaduan Abu Hurairah, beliau langsung mendoakan agar Ibu Abu Hurairah diberi hidayah oleh Allah, meskipun sebelumnya ibu Abu Hurairah berucap jelek tentang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Semoga akhlak-akhlaq mulia ini bisa kita jadikan contoh dan kita amalkan dalam kehidupan kita.

 

sumber : kisah-kisah teladan

Selasa, 22 November 2011

10 Jawaban Mengatasi Bisikan Iblis

Ada sepuluh [10] cara setidaknya, agar kita bisa menjawab godaan setan yang selalu ingin menjerumuskan kita ke jurang neraka.

Cara praktis mengusir iblis dan bala tentaranya itu tertuang nasihat seorang ulama dalam dialog antara manusia dan iblis:

1. Jika ia datang kepadamu dan berkata:" Anakmu mati,"

Katakan kepadanya : Sesungguhnya mahluk hidup diciptakan untuk mati, "Innalillahi wainna ilaihi roji’un.. Semua milik Alloh Ta'alla dan akan kembali pada-Nya.

2. Jika ia datang kepadamu dan berkata:" Hartamu musnah,"

Katakan kepadanya : "Segala puji bagi Allah Dzat Yang Maha Memberi dan Mengambil, dan menggugurkan atasku kewajiban zakat."

3. Jika ia datang kepadamu dan berkata:" Orang-orang menzalimimu sedangkan kamu tidak menzalimi seorangpun."

Maka katakan kepadanya : "Siksaan akan menimpa orang-orang yang berbuat zalim dan tidak menimpa orang-orang yang berbuat kebajikan (Mukhsinin)".

4. Dan jika ia datang kepadamu dan berkata: "Betapa banyak kebaikanmu," dengan tujuan menjerumuskan untuk bangga diri(Ujub).

Maka katakan kepadanya: "Kejelekan-kejelekanku jauh lebih banyak dari pada kebaikanku".

5. Dan jika ia datang kepadamu dan berkata:"Alangkah banyaknya shalatmu".

Maka katakan : "Kelalaianku lebih banyak dibanding shalatku".

6. Dan jika ia datang dan berkata: "Betapa banyak kamu bersedekah kepada orang-orang".

Maka katakan kepadanya: "Apa yang saya terima dari Allah jauh lebih banyak dari yang saya sedekahkan".

7. Dan jika ia berkata kepadamu : "Betapa banyak orang yang menzalimimu".

Maka katakan kepadanya : "Orang-orang yang kuzalimi lebih banyak".

8. Dan jika ia berkata kepadamu : "Betapa banyak amalmu".

Maka katakan kepadanya: "Betapa seringnya aku bermaksiat".

9. Dan jika ia datang kepadamu dan berkata: "Minumlah minuman-minuman keras!".

Maka katakan : "Saya tidak akan mengerjakan maksiat".

10. Dan jika ia datang kepadamu dan berkata: "Mengapa kamu tidak mencintai dunia?".

Maka katakan : "Aku tidak mencintainya dan telah banyak orang lain yang tertipu olehnya".

(oleh: Rusyadi nasution)

Agar Malaikat Turun Ke Bumi

Setelah semua upaya dilakukan. Setelah semua pengorbanan diberikan. Setelah semua doa dipanjatkan. Selebihnya adalah mengharapkan keajaiban. Ya keajaiban dalam perspektif keimanan bukanlah negatif. Bahkan kerap kali keimanan itu menciptakan hal-hal yang ajaib. Sejarah orang-orang beriman banyak dipenuhi dengan kejadian-kejadian ajaib dan di luar prediksi nalar manusia. Allah memberikan karunia keajaiban itu kepada mereka sebagai bukti dukungan-Nya kepada perjuangan mereka menegakkan kebenaran dan mempertahankannya. Maka dalam Islam kita mengenal mukjizat, karomah, dan lain-lain.

Setelah melakukan perdebatan raja Fir’aun yang menegangkan urat syaraf, lalu dilanjutkan dengan adu kehebatan antara nabi Allah Musa as. melawan para tukang sihirnya dalam rangka membela kebenaran dan menyelamatkan Bani Israel dari perbudakan raja Fir’aun. Keajaiban pun terjadi. Seorang nabi Musa berhasil mengalahkan kehebatan para tukang sihir itu; ular-ular tukang sihir mereka dilumat habis oleh ular Musa as dan mereka pun menyatakan keimanannya kepada Tuhannya Musa dan Harun. Peristiwa tidak berhenti di situ, raja Fir’aun yang dipermalukan di depan rakyatnya pun murka dan hendak membinasakan mereka semua; Musa dan Bani Israel. Lalu tejadilah peristiwa pengejaran terhadap Musa dan kaumnya hingga pelarian mereka terhadang oleh bentangan laut Merah di hadapan mereka. Logika manusia mengatakan, mereka akan segera tertangkap lalu menjadi bulan-bulanan amukan Fir’aun dan tentaranya.

Untuk kesekian kalinya Allah menurunkan keajaiban-Nya kepada mereka. Laut yang menghadang itu kemudian terbelah oleh hentakan tongkat Musa as. dan mereka pun menyebaringinya laksana menyeberangi daratan. Dan Musa beserta kaumnya selamat dari pengejaran Fir’aun. Sebaliknya, Fir’aun dan bala tentaranya tenggelam ketika mereka mengikuti jejak Musa menyeberangi jalan laut yang telah diretas Musa atas izin Allah itu. Allah mengabadikan kisah ajaib ini dalam firman-Nya di As-Syu’ara’ ayat 61 -66

“Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah Pengikut-pengikut Musa: “Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul”. Musa menjawab: “Sekali-kali tidak akan tersusul; Sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku”. Lalu Kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu”. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar. Dan di sanalah Kami dekatkan golongan yang lain]. Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya semuanya. Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain itu.”
Keajaiban bagi manusia tentu bukan keajaban bagi Allah swt., yang memiliki kerajaan langit dan bumi, yang semua makhluk tunduk kepada-Nya dan menjadi tentara-Nya.

“Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi. dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Yang dimaksud dengan tentara langit dan bumi ialah penolong yang dijadikan Allah swt. untuk orang-orang mukmin seperti malaikat-malaikat, binatang-binatang, angin taufan dan sebagainya. Seperti pada perang Badar, di mana Allah menurunkan para malaikat untuk membantu perjuangan kaum muslimin. Allah mengisahkan:

“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: “Sesungguhnya aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu Malaikat yang datang berturut-turut.” (Al-Anfal: 9)

Murdifin artinya malaikat yang diperbantukan Allah secara berkelompok dan bergelombang, satu kelompok datang lalu disusul oleh kelompok lain. Itu terasa lebih menakutkan musuh.
Perang Badar adalah peristiwa besar yang penuh dengan keajaiban. Jumlah pasukan yang tidak berimbang antara kaum muslimin dan kafir Quraisy, senjata yang tidak sebanding, perbekalan yang jauh lebih sedikit ketimbang lawan. Logika kita memahami bahwa 1 orang melawan 3 hanyalah tindakan bunuh diri. 314 pasukan dan 2 kuda perang Islam, melawan 950 pasukan dengan 200 kuda kafir Quraisy.

Rasulullah saw. menghabiskan malam itu dalam zikir kepada Allah swt., tasbih, dan doa. Agar Allah swt. berkenan menurunkan pertolongan-Nya kepada kelompok kecil ini. Sekelompok yang membela agamanya dan kehormatannya. Rasulullah saw. terus menerus berdoa dan bermunajat kepada Tuhannya sampai jubahnya terjuntai jatuh dari pundaknya. Terharu melihat kondisi beliau Abu Bakar ra. mengangkat jubah itu lalu meletakkannya kembali di pundak beliau sembil berkata:

“Tenang ya Rasulullah. Cukuplah kiranya engkau bermunajat kepada Tuhanmu. Allah telah menjanjikanmu salah satu dari dua kelompok itu.”

Lalu perang tanding pun dimulai. Rasulullah tak henti-hentinya bermunajat kepada Allah:

اَللَّهُمَّ إِنْ تَهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةُ فَلَنْ تُعْبَدَ فِي الأَرْضِ بَعْدَ الْيَوْمِ

“Ya Allah, jika pasukan ini kalah. Engkau tidak akan disembah lagi di muka bumi ini setelah ini.”
Selain munajat, doa, harap, segenap kekhawatiran. Rasulullah juga memotivasi dan memberikan instruksi dan komando kepada para sahabat. Bahkan menjanjikan mereka dengan janji-janji surga.
“Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya. Tidaklah hari ini salah seorang di antara kalian bertempur lalu dia terubunuh karena bersabar dan mengaharapkan pahala Allah, ia maju dan tidak mundur, kecuali Allah akan memasukkannya ke dalam surga.”
Rasulullah meneruskan motivasinya:

“Bangkitlah kalian untuk surga yang luasnya seluas langit dan bumi.”

Demi mendengar ucapan itu, Umair bin Al-Humam berkata, “Bakh. Bakh.” Rasulullah bersabda, “Apa yang membuatmu mengucapkan bakh bakh?” Ia menjawab, “Tidak, demi Allah ya Rasulullah, selain harapan agar aku termasuk penghuni surga.” Rasulullah bersabda, “Kamu termasuk penghuninya.” Umair mengambil kurma di tangkainya lalu melemparkannya seraya berkata, “Jika aku hidup sampai menghabiskan kurma ini, tentu itu merupakan kehidupan yang panjang.” Lalu ia bertempur melawan mereka hingga terbunuh.
Allah swt. memberikan kemenangannya kepada pasukan kecil ini. Yang terbunuh dari pihak kafir 70 orang dan kaum Muslimin 14 orang.

Begitulah dukungan dan pertoloangan Allah selalu datang kepada orang-orang yang beriman. Di sepanjang sejarah perjuangan wali-wali Allah itu. Tidak hanya perjuangan di medan perang. Bahkan semua medan perjuangan di jalan Allah yang tujuannya menegakkan kebenaran dan kalimat Allah di muka bumi. Perjuangan dakwah, pendidikan, bahkan politik. Ketika cita-cita perjuangannya adalah mendamba ridha Allah.

Seorang ibu tinggal di sebuah komplek di Bekasi bercerita, bahwa selama ini diri dan keluarganya adalah fungsionaris dan pendukung partai tertentu. Semua orang tahu bahwa dia dan keluarganya pendukung partai itu. Akan tetapi pada pemilihan umum 2004 lalu dia tidak memilih partai yang selama ini dipilihnya. Ibu itu bercerita, “Saya memasuki bilik suara, terdapat tiga lembar kertas suara yang akan saya coblos. Aneh sekali, pada lembaran lembaran itu tidak jelas, kecuali partai (tertentu) yang berasaskan Islam, ya saya coblos aja partai itu. Gak apa lah, masih ada dua lembar kertas suara lagi, keduanya akan saya berikan untuk partai saya. Lembar kedua saya buka, ternyata tidak berbeda dengan lembar pertama, semua gambar tidak jelas kecuali gambar partai nomor di atas, saya cobloslah gambar itu. Ya, saya masih punya harapan untuk lembar ketiga, suara saya akan saya berikan untuk memilih calon wakil rakyat di tingkat kabupaten dari partai saya. Ternyata saya mendapatinya seperti dua lembar kertas sebelumnya, akhirnya suara saya berikan nomor tersebut. Jangan bilang siapa siapa ya. Inikah yang namannya hidayah itu…”

Seorang ibu-ibu juga, tinggal di Tangerang. Sewaktu memasuki bilik suara ia blank. Tidak ada bayangan akan memilih apa. Sampai ketika hendak mencoblos, juga tidak ada kecenderungan untuk memilih apa. Tiba-tiba bayangan ustadz di pengajiannya muncul. Sepertinya ustadz orang partai Islam (tertentu), maka serta merta ia pun memilih partai itu. Padahal selama ini sang ustadz tidak pernah menyarankan apalagi mendoktrin untuk memilih partai tertentu.

Di sebuah daerah di Papua. Mayoritas penduduknya Kristen. Jelas mereka akan memberikan aspirasi politiknya ke partai yang bukan partai Islam. Pada pemilihan umum tahun 2004 itu, sebagian besar warga diangkut dengan beberapa truk untuk sampai ke TPS. Sebelum berangkat mereka semua didoktrin untuk memlilih partai se idioleogi mereka, berulang kali tokoh setempat mengingatkan partai yang akan mereka pilih. Dan secara mengejutkan, usai penghitungan suara salah satu partai Islam meraup suara yang cukup signifikan dan berhasil menempatkan seorang wakilnya ke kursi dewan. Usut punya usut, ternyata sebagian besar mereka salah pilih, partai se-idiologi mereka yang akan mereka pilih, eh partai Islam yang mereka coblos.

Keikhlasan, totalitas perjuangan, keteladanan pemimpin dan ketaatan tentara, kerendahan diri di hadapan Allah, kekuatan ruhiyah, totalitas dalam tawakal adalah deretan kata kunci untuk memancing pertolongan Allah swt., agar berkenan menurunkan tentara-Nya memenangkan kebenaran. Wallahu A’lam.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2008/08/869/agar-malaikat-turun-ke-bumi/#ixzz1eTvvR2k1

10 Pintu Setan dalam Menyesatkan Manusia

Saudaraku, ketahuilah bahwa hati adalah ibarat sebuah benteng. Setan sebagai musuh kita selalu ingin memasuki benteng tersebut. Setan senantiasa ingin memiliki dan menguasai benteng itu. Tidak mungkin benteng tersebut bisa terjaga selain adanya penjagaan yang ketat pada pintu-pintunya. Pintu-pintu tersebut tidak bisa terjaga kecuali jika seseorang mengetahui pintu-pintu tadi. Setan tidak bisa terusir dari pintu tersebut kecuali jika seseorang mengetahui cara setan memasukinya. Cara setan untuk masuk dan apa saja pintu-pintu tadi adalah sifat seorang hamba dan jumlahnya amatlah banyak. Pada saat ini kami akan menunjukkan pintu-pintu tersebut yang merupakan pintu terbesar yang setan biasa memasukinya. Semoga Allah memberikan kita pemahaman dalam permasalah ini.

Pintu pertama:

Ini adalah pintu terbesar yang akan dimasuki setan yaitu hasad (dengki) dan tamak. Jika seseorang begitu tamak pada sesuatu, ketamakan tersebut akan membutakan, membuat tuli dan menggelapkan cahaya kebenaran, sehingga orang seperti ini tidak lagi mengenal jalan masuknya setan. Begitu pula jika seseorang memiliki sifat hasad, setan akan menghias-hiasi sesuatu seolah-olah menjadi baik sehingga disukai oleh syahwat padahal hal tersebut adalah sesuatu yang mungkar.

Pintu kedua:

Ini juga adalah pintu terbesar yaitu marah. Ketahuilah, marah dapat merusak akal. Jika akal lemah, pada saat ini tentara setan akan melakukan serangan dan mereka akan menertawakan manusia. Jika kondisi kita seperti ini, minta perlindunganlah pada Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إذا غضب الرجل فقال : أعوذ بالله سكن غضبه

“Jika seseorang marah, lalu dia mengatakan: a’udzu billah (aku berlindung pada Allah), maka akan redamlah marahnya.” (As Silsilah Ash Shohihah no. 1376. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih)

Pintu ketiga:

Yaitu sangat suka menghias-hiasi tempat tinggal, pakaian dan segala perabot yang ada. Orang seperti ini sungguh akan sangat merugi karena umurnya hanya dihabiskan untuk tujuan ini.

Pintu keempat:

Yaitu kenyang karena telah menyantap banyak makanan. Keadaan seperti ini akan menguatkan syahwat dan melemahkan untuk melakukan ketaatan pada Allah. Kerugian lainnya akan dia dapatkan di akhirat sebagaimana dalam hadits:

فَإِنَّ أَكْثَرَهُمْ شِبَعًا فِى الدُّنْيَا أَطْوَلُهُمْ جُوعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Sesungguhnya orang yang lebih sering kenyang di dunia, dialah yang akan sering lapar di hari kiamat nanti.” (HR. Tirmidzi. Dalam As Silsilah Ash Shohihah, Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih)

Pintu kelima:

Yaitu tamak pada orang lain. Jika seseorang memiliki sifat seperti ini, maka dia akan berlebih-lebihan memuji orang tersebut padahal orang itu tidak memiliki sifat seperti yang ada pada pujiannya. Akhirnya, dia akan mencari muka di hadapannya, tidak mau memerintahkan orang yang disanjung tadi pada kebajikan dan tidak mau melarangnya dari kemungkaran.

Pinta keenam:

Yaitu sifat selalu tergesa-gesa dan tidak mau bersabar untuk perlahan-lahan. Padahal terdapat sebuah hadits dari Anas, di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

التَّأَنيِّ مِنَ اللهِ وَ العُجْلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ

“Sifat perlahan-lahan (sabar) berasal dari Allah. Sedangkan sifat ingin tergesa-gesa itu berasal dari setan.” (Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Ya’la dalam musnadnya dan Baihaqi dalam Sunanul Qubro. Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shoghir mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Pintu ketujuh:

Yaitu cinta harta. Sifat seperti ini akan membuat berusaha mencari harta bagaimana pun caranya. Sifat ini akan membuat seseorang menjadi bakhil (kikir), takut miskin dan tidak mau melakukan kewajiban yang berkaitan dengan harta.

Pintu kedelapan:

Yaitu mengajak orang awam supaya ta’ashub (fanatik) pada madzhab atau golongan tertentu, tidak mau beramal selain dari yang diajarkan dalam madzhab atau golongannya.

Pintu kesembilan:

Yaitu mengajak orang awam untuk memikirkan hakekat (kaifiyah) dzat dan sifat Allah yang sulit digapai oleh akal mereka sehingga membuat mereka menjadi ragu dalam masalah paling urgen dalam agama ini yaitu masalah aqidah.

Pintu kesepuluh:

Yaitu selalu berburuk sangka terhadap muslim lainnya. Jika seseorang selalu berburuk sangka (bersu’uzhon) pada muslim lainnya, pasti dia akan selalu merendahkannya dan selalu merasa lebih baik darinya. Seharusnya seorang mukmin selalu mencari udzur dari saudaranya. Berbeda dengan orang munafik yang selalu mencari-cari ‘aib orang lain.

Semoga kita dapat mengetahui pintu-pintu ini dan semoga kita diberi taufik oleh Allah untuk menjauhinya.

Rujukan: Mukhtashor Minhajul Qoshidin, Ibnu Qudamah Al Maqdisiy

***

Pangukan, Sleman, 18 Muharram 1430 H

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Sumber : http://rumaysho.com/belajar-islam/manajemen-qolbu/1574-10-pintu-setan-dalam-menyesatkan-manusia.html

Mengeraskan Suara pada Dzikir sesudah Sholat

Jika Anda berada di Saudi Arabia, akan terlihat fenomena dzikir yang berbeda setelah shalat lima waktu yang jarang kita lihat di tanah air. Para jamaah sama sekali tidak melakukan dzikir berjama’ah dengan dikomandoi imam sebagaimana kita lihat di sekitar kita, di tanah air. Mereka berdzikir sendiri-sendiri, namun dengan mengeraskan suara. Inilah di antara pendapat fikih Hambali yang dianut di kerajaan Saudi Arabia. Namun bagaimana tuntunan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai dzikir sesudah shalat, apakah benar dengan mengeraskan suara?

Dalil yang Jadi Rujukan

Dari Ibnu Jarir, ia berkata, ‘Amr telah berkata padaku bahwa Abu Ma’bad –bekas budak Ibnu ‘Abbas- mengabarkan kepadanya bahwa Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata,

أَنَّ رَفْعَ الصَّوْتِ بِالذِّكْرِ حِينَ يَنْصَرِفُ النَّاسُ مِنَ الْمَكْتُوبَةِ كَانَ عَلَى عَهْدِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - . وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ كُنْتُ أَعْلَمُ إِذَا انْصَرَفُوا بِذَلِكَ إِذَا سَمِعْتُهُ

Mengeraskan suara pada dzikir setelah shalat wajib telah ada di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Ibnu ‘Abbas berkata, “Aku mengetahui bahwa shalat telah selesai dengan mendengar hal itu, yaitu jika aku mendengarnya.” (HR. Bukhari no. 805 dan Muslim no. 583)

Dalam riwayat lainnya disebutkan,

كُنَّا نَعْرِفُ انْقِضَاءَ صَلاَةِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِالتَّكْبِيرِ

Kami dahulu mengetahui berakhirnya shalat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui suara takbir.” (HR. Bukhari no. 806 dan Muslim no. 583)

Berdasarkan hadits di atas, sebagian ulama berpendapat, “Dianjurkan mengeraskan suara pada dzikir setelah shalat.” Di antara yang berpendapat seperti ini adalah Ibnu Hazm. Beliau berkata,

ورفع الصوت بالتكبير إثر كل صلاة حسن

Mengeraskan suara dengan bertakbir pada dzikir sesudah shalat adalah suatu amalan yang baik.” (Al Muhalla, 4: 260)

Demikian juga pendapat Ath Thobari, beliau berkata,

فيه الإبانه عن صحة ما كان يفعله الأمراء من التكبير عقب الصلاة

Hadits ini sebagai isyarat benarnya perbuatan para imam yang bertakbir setelah shalat.” (Rujuk Fathul Bari, 2: 325)

Pendapat Jumhur

Mayoritas ulama (baca: jumhur) menyelisihi pendapat di atas. Di antara alasannya disinggung oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari.

Setelah menyebutkan perkataan Ath Thobari, Ibnu Hajar Al Asqolani menyebutkan perkataan Ibnu Battol yang mengatakan, “Hal ini tidak pernah dilakukan oleh ulama salaf selain apa yang diceritakan dari Ibnu Habib dalam Al Wadhihah, yaitu mereka senang bertakbir saat peperangan setelah shalat Shubuh, ‘Isya’ dengan tiga kali takbir. Beliau berkata bahwa ini adalah perbuatan yang dilakukan di masa silam. Ibnu Battol dalam Al ‘Utaibah menyebutkan bahwa Imam Malik berkata, “Amalan tersebut muhdats (amalan bid’ah, direka-reka).” (Fathul Bari, 2: 325-326)

Pendapat jumhur inilah yang lebih tepat.

Pijakan Jumhur

Dalam hadits Abu Musa Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - ، فَكُنَّا إِذَا أَشْرَفْنَا عَلَى وَادٍ هَلَّلْنَا وَكَبَّرْنَا ارْتَفَعَتْ أَصْوَاتُنَا ، فَقَالَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - « يَا أَيُّهَا النَّاسُ ، ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ ، فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلاَ غَائِبًا ، إِنَّهُ مَعَكُمْ ، إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ ، تَبَارَكَ اسْمُهُ وَتَعَالَى جَدُّهُ »

Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jika sampai ke suatu lembah, kami bertahlil dan bertakbir dengan mengeraskan suara kami. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Wahai sekalian manusia. Lirihkanlah suara kalian. Kalian tidaklah menyeru sesuatu yang tuli dan ghoib. Sesungguhnya Allah bersama kalian. Allah Maha Mendengar dan Maha Dekat. Maha berkah nama dan Maha Tinggi kemuliaan-Nya.” (HR. Bukhari no. 2830 dan Muslim no. 2704). Hal ini menunjukkan bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah suka dengan suara keras saat dzikir dan do’a.

Ath Thobari rahimahullah berkata,

فِيهِ كَرَاهِيَة رَفْع الصَّوْت بِالدُّعَاءِ وَالذِّكْر ، وَبِهِ قَالَ عَامَّة السَّلَف مِنْ الصَّحَابَة وَالتَّابِعِينَ اِنْتَهَى

“Hadits ini menunjukkan dimakruhkannya mengeraskan suara pada do’a dan dzikir. Demikianlah yang dikatakan para salaf yaitu para sahabat dan tabi’in.” (Fathul Bari, 6: 135)[1]

Adapun anjuran mengeraskan suara pada dzikir sesudah shalat, tidaklah tepat. Karena yang dilakukan oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri tidaklah membiasakan hal itu.  Beliau boleh jadi pernah melakukannya, namun hanya dalam rangka ta’lim atau pengajaran, bukan kebiasaan yang terus menerus. Demikianlah pendapat Imam Syafi’i dan pendapat mayoritas ulama lainnya. Imam Syafi’i dalam Al Umm (1: 151) berkata,

وأحسبه إنما جهر قليلا ليتعلم الناس منه وذلك لأن عامة الروايات التي كتبناها مع هذا وغيرها ليس يذكر فيها بعد التسليم

“Aku menganggap bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam menjaherkan suaranya sedikit untuk mengajari para sahabat. Karena kebanyakan riwayat yang aku tulis dan riwayat lainnya menyebutkan bahwa beliau tidak berdzikir dengan tahlil dan takbir setelah salam. Dan terkadang beliau juga berdzikir dengan tata cara yang pernah disebutkan.”

Imam Syafi’i berpendapat bahwa asal dzikir adalah dengan suara lirih (tidak dengan jaher), berdalil dengan ayat,

وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا

Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula terlalu merendahkannya” (QS. Al Isro’: 110). Imam Syafi’i rahimahullah berkata tentang ayat tersebut, “Janganlah menjaherkan, yaitu mengeraskan suara. Jangan pula terlalu merendehkan sehingga engkau tidak bisa mendengarnya sendiri.” (Al Umm, 1: 150)

Imam Asy Syatibi rahimahullah berkata, “Do’a jama’i atau berjama’ah (dengan dikomandai dan satu suara) yang dilakukan terus menerus tidak pernah dilakukan oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana pula tidak ada perkataan atau persetujuan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam akan amalan ini. Dalam riwayat Bukhari dari hadits Ummu Salamah disebutkan, “Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya diam sesaat setelah salam.” Ibnu Syihab berkata, “Beliau diam sampai para wanita keluar. Demikian anggapan kami.” Dalam riwayat Muslim disebutkan dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Beliau tidaklah duduk selain sekadar membaca, “Allahumma antas salaam wa minkas salaam tabaroka ya dzal jalaali wal ikrom.” (Al I’tishom, 1: 351)

Namun perlu diperhatikan bahwa hadits Ibnu ‘Abbas yang telah kami sebutkan bukanlah dalil dzikir dengan satu suara (dzikir jama’ah). Dalil tersebut tidak menunjukkan bahwa dzikir sesudah shalat harus dikomandoi oleh seorang imam sebagaimana kita saksikan sendiri di beberapa masjid di sekitar kita. Yang tepat adalah dzikir dilakukan secara individu, tanpa dikomandoi dan tidak dengan suara keras.

Faedah dari Syaikhul Islam

Ibnu Taimiyah rahimahullah menyebutkan, “Yang disunnahkan dalam setiap do’a adalah dengan melirihkan suara kecuali jika ada sebab yang memerintahkan untuk menjaherkan. Allah Ta’ala berfirman,

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

Berdoalah kepada Rabbmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al A’rof: 55)

Allah menceritakan tentang Zakariya,

إِذْ نَادَى رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا

Yaitu tatkala ia berdoa kepada Rabbnya dengan suara yang lembut.” (QS. Maryam: 3)

Demikian pula yang diperintahkan dalam dzikir. Allah Ta’ala berfirman,

وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآَصَالِ

Dan sebutlah (nama) Rabbmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang.” (QS. Al A’raf: 205). Dalam shahihain disebutkan bahwa para sahabat pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam perjalanan. Mereka mengeraskan suara mereka saat itu. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَيُّهَا النَّاسُ أَرْبِعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ ؛ فَإِنَّكُمْ لَا تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا وَإِنَّمَا تَدْعُونَ سَمِيعًا قَرِيبًا إنَّ الَّذِي تَدْعُونَهُ أَقْرَبُ إلَى أَحَدِكُمْ مِنْ عُنُقِ رَاحِلَتِهِ

Wahai sekalian manusia, lirihkanlah suara kalian. Kalian tidaklah berdo’a pada sesuatu yang tuli lagi ghoib (tidak ada). Yang kalian seru (yaitu Allah), Maha Mendengar lagi Maha Dekat. Sungguh yang kalian seru itu lebih dekat pada salah seorang di antara kalian lebih dari leher tunggangannya.” Inilah yang disebutkan oleh para ulama ketika dalam hal shalat dan do’a, di mana mereka sepakat akan hal ini. (Majmu’ Al Fatawa, 22: 468-469)

Faedah Dzikir dengan Lirih

Berikut di antara faedah dzikir dan do’a lebih baik dengan suara lirih:

Pertama: Menunjukkan keimanan yang baik, karena orang yang berdzikir dengan melirihkan suara berarti mengimani Allah akan selalu mendengar seruan hamba-Nya meskipun lirih.

Kedua: Inilah adab yang mulia di hadapan Al Malik, Sang Raja dari segala raja. Ketika seorang hamba bersimpu di hadapan Sang Raja, tentu saja ia tidak mengeraskan suara.

Ketiga: Lebih menunjukkan ketundukkan dan kekhusyu’an yang merupakan ruh dan inti do’a. Orang yang meminta tentu saja akan merendahkan diri, akan menundukkan hatinya pada yang diminta. Hal ini sulit muncul dari orang yang mengeraskan do’anya.

Keempat: Lebih meraih keikhlasan. [2]

Penutup

Setelah mengetahui hal ini, kita perlu menghargai sebagian orang yang mengeraskan suara pada dzikir sesudah shalat. Mereka jelas memiliki acuan, tetapi kurang tepat karena tidak merujuk lagi pada riwayat lainnya. Yang tidak tepat bahkan dinilai bid’ah adalah berdo’a dan berdzikir berjama’ah dengan satu suara. Ini jelas tidak pernah diajarkan oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lihat sekali lagi perkataan Asy Syatibi di atas.

عَنْ عَائِشَةَ ( وَلاَ تَجْهَرْ بِصَلاَتِكَ وَلاَ تُخَافِتْ بِهَا ) أُنْزِلَتْ فِى الدُّعَاءِ .

Dari ‘Aisyah, mengenai firman Allah, “Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula terlalu merendahkannya”. Ayat ini turun berkenaan dengan masalah do’a. (HR. Bukhari no. 6327)

Ingatlah, sebaik-baik petunjuk adalah tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

sumber : http://www.rumaysho.com/hukum-islam/shalat/3608-mengeraskan-suara-pada-dzikir-sesudah-shalat.html

Senin, 21 November 2011

Manajemen Islami Keuangan dan Harta Keluarga

Firman Allah: “Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka cakap (dalam mengelola harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya…” (QS. An-Nisa [4]:6)

Al-Qur’an sebagaimana dijelaskan oleh Sunnah Nabi merupakan sumber hukum utama dan jalan hidup umat Islam dalam segala urusan termasuk bidang keuangan dan ekonomi. Ayat di atas merefleksikan pesan halus bahwa merupakan suatu kewajiban agama dan kebutuhan dasar setiap individu muslim untuk mengetahui prinsip-prinsip ekonomi dan manajemen keuangan islami minimal dalam skala individu dan keluarga agar memperoleh kebahagiaan di dunia dengan menjadi pribadi yang shalih dan mendapatkan keselamatan di akhirat. Hal itu karena harta dalam Islam merupakan amanah dan hak milik seseorang serta kewenangan untuk menggunakannya terkait erat dengan adanya kemampuan (kompetensi) dan kepantasan (integritas) dalam mengelola aset atau dalam istilah prinsip kehati-hatian perbankan (prudential principle) disebut Fit and Proper sebagaimana prinsip Islam mengajarkan bahwa “Sebaik-baik harta yang shalih (baik) adalah dikelola oleh orang yang berkepribadian shalih (amanah dan profesional).”

Hak bekerja dalam arti kebebasan berusaha, berdagang, memproduksi barang maupun jasa untuk mencari rezki Allah secara halal merupakan hak setiap manusia tanpa diskriminasi antara laki dan perempuan. (QS. An-Nisa’:32, Al-A’raf:157). Bila kita tahu bahwa kaum wanita diberikan oleh Allah hak milik dan kebebasan untuk memiliki, maka sudah semestinya mereka juga memiliki hak untuk berusaha dan mencari rezki. Rasulullah memuji seseorang yang mengkonsumsi hasil usahanya sendiri dengan sabdanya: “Tidaklah seseorang mengkonsumsi makanan lebih baik dari mengkonsumsi makanan yang diperoleh dari hasil kerja sendiri, sebab nabi Allah, Daud, memakan makanan dari hasil kerjanya.” (HR. Bukhari). “Semoga Allah merahmati seseorang yang mencari penghasilan secara baik, membelanjakan harta secara hemat dan menyisihkan tabungan sebagai persediaan di saat kekurangan dan kebutuhannya.” (HR. Muttafaq ‘Alaih).

Hal ini menunjukkan bahwa Islam menghendaki setiap muslim untuk dapat mengelola usaha dan berusaha secara baik, mengelola dan memenej harta secara ekonomis, efisien dan proporsional serta memiliki semangat dan kebiasaan menabung untuk masa depan dan persediaan kebutuhan mendatang. Prinsip ini sebenarnya menjadi dasar ibadah kepada Allah agar dapat diterima (mabrur) karena saran, niat dan caranya baik. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah itu baik dan hanya menerima yang baik-baik saja.” (HR. Muslim). Kesadaran akuntabilitas (ma’uliyah) dalam bidang keuangan itu yang mencakup aspek manajemen pendapatan dan pengeluaran timbul karena keyakinan adanya kepastian audit dan pengawasan dari Allah SWT seperti sabda Nabi saw: “Kedua telapak kaki seorang hamba tidak akan beranjak dari tempat kebangkitannya di hari kiamat sebelum ia ditanya tentang empat hal, di antaranya tentang hartanya; dari mana dia memperoleh dan bagaimana ia membelanjakan.” (HR. Tirmidzi)

Memang secara prinsip fitrah, kewajiban memberikan nafkah merupakan tanggung jawab suami sehingga wajib bekerja dengan baik melalui usaha yang halal dan wanita sebagai kaum istri bertanggung jawab mengelola dan merawat aset keluarga. Allah SWT berfirman: “Kaum laki-laki itu adalah pengayom bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebahagian dari harta mereka…” (QS. An-Nisa:34). Dengan demikian, posisi kepala rumah tangga bagi suami paralel dengan konsekuensi memberi nafkah dan komitmen perawatan keluarganya secara lazim.

Oleh karena itu Nabi secara proporsional telah mendudukkan posisi masing-masing bagi suami istri dalam sabdanya: “Setiap kalian adalah pengayom dan setiap pengayom akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang harus diayominya. Suami adalah pengayom bagi keluarganya dan bertanggung jawab atas anggota keluarga yang diayominya. Istri adalah pengayom bagi rumah tangga rumah suaminya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas aset rumah tangga yang diayominya…” (HR. Bukhari) Ketika Rasulullah saw menikahkan putrinya, Fatimah dengan Ali RA beliau berwasiat kepada menantunya: “Engkau berkewajiban bekerja dan berusaha sedangkan ia berkewajiban mengurus (memenej) rumah tangga.” (HR. Muttafaq ‘Alaih)

Jadi, sharing suami-istri dalam aspek keuangan keluarga adalah dalam bentuk tanggung jawab suami untuk mencari nafkah halal dan tanggung jawab istri untuk mengurus, mengelola, merawat dan memenej keuangan rumah tangga. Meskipun demikian, bukan berarti suami tidak boleh memberikan bantuan dalam pengelolaan aset dan keuangan rumah tangganya bila istri kurang mampu atau memerlukan bantuan. Dan juga sebaliknya tidak ada larangan Syariah bagi istri untuk membantu suami terlebih ketika kurang mampu dalam memenuhi kebutuhan keluarga dengan cara yang halal dan baik serta tidak membahayakan keharmonisan dan kebahagiaan rumah tangga selama suami mengizinkan, bahkan hal itu akan bernilai kebajikan bagi sang istri. Bukankah Khadijah RA. ikut andil dalam membantu mencukupi kebutuhan keluarga Nabi saw. sebagai bentuk ukhuwah dan tolong menolong dalam kebajikan. (QS.Al-Maidah:2)

Prinsip keadilan Islam menjamin bagi kaum wanita hak untuk mencari karunia Allah (rezki) sesuai kodrat tabiatnya dan ketentuan syariat dengan niat mencukupi diri dan keluarga untuk beribadah kepada Allah secara khusyu’. Meskipun demikian, istri harus memiliki keyakinan bahwa tugas utama dalam keluarganya adalah mengatur urusan rumah tangga dan mengelola keuangan keluarga bukan mencari nafkah. Para Ahli tafsir (Mufassirin) menyimpulkan dari surat An-Nisa: 32 : “bagi para lelaki ada bahagian dari apa yang mereka usahakan dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan…”, prinsip dasar hak dan kebebasan wanita untuk berusaha mencari rezki. Sejarah Islam di masa Nabi telah membuktikan adanya sosial kaum wanita dalam peperangan, praktek pengobatan dan pengurusan logistik. Di samping itu mereka juga terlibat dalam aktivitas perniagaan dan membantu suami dalam pertanian.

Manajemen keuangan keluarga islami harus dilandasi prinsip keyakinan bahwa penentu dan pemberi rezki adalah Allah dengan usaha yang diniati untuk memenuhi kebutuhan keluarga agar dapat beribadah dengan khusyu’ sehingga memiliki komitmen dan prioritas penghasilan halal yang membawa berkah dan menghindari penghasilan haram yang membawa petaka. Rasulullah bersabda: “Barang siapa berusaha dari yang haram kemudian menyedekahkannya, maka ia tidak mempunyai pahala dan dosa tetap di atasnya.” Dalam riwayat lain disebutkan: “Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya, tidaklah seorang hamba memperoleh penghasilan dari yang haram kemudian membelanjakannya itu akan mendapat berkah. Jika ia bersedekah, maka sedekahnya tidak akan diterima. Tidaklah ia menyisihkan dari penghasilan haramnya itu kecuali akan menjadi bekal baginya di neraka. Sesungguhnya Allah tidak akan menghapus kejelekan dengan kejelekan, tetapi menghapus kejelekan itu dengan kebaikan sebab kejelekan tak dapat dihapus dengan kejelekan pula.” (HR. Ahmad) Dan sabdanya: “Daging yang tumbuh dari harta haram tidak akan bertambah kecuali neraka lebih pantas baginya.” (HR. Tirmidzi).

Seorang wanita shalihah akan selalu memberi saran kepada suaminya ketika hendak mencari rezki, “Takutlah kamu dari usaha yang haram sebab kami masih mampu bersabar di atas kelaparan, tetapi tidak mampu bersabar di atas api neraka.” Demikian pula sebaliknya suami akan berwasiat kepada istrinya untuk menjaga amanah Allah dalam mengurus harta yang dikaruniakan-Nya, agar dibelanjakan secara benar tanpa boros, kikir maupun haram. Firman Allah yang memuji hamba-Nya yang baik: “..Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (QS. Al-Furqan:67)

Dalam mencari pendapatan, Islam tidak memperkenankan seseorang untuk ngoyo dalam pengertian berusaha di luar kemampuannya dan terlalu terobsesi sehingga mengorbankan atau menelantarkan hak-hak yang lain baik kepada Allah, diri maupun keluarga seperti pendidikan dan perhatian kepada anak dan keluarga. Rasul bersabda: “Sesungguhnya bagi dirimu, keluargamu dan tubuhmu ada hak atasmu yang harus engkau penuhi, maka berikanlah masing-masing pemilik hak itu haknya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Allah telah menegaskan bahwa bekerja itu hendaknya sesuai dengan batas-batas kemampuan manusia.(QS.Al-Baqarah:286). Namun bila kebutuhan sangat banyak atau pasak lebih besar daripada tiang maka dibutuhkan kerjasama yang baik dan saling membantu antara suami istri dalam memperbesar pendapatan keluarga dan melakukan efisiensi dan penghematan sehingga tiang penyangga lebih besar dari pada pasak. Rasulullah bersabda: “Janganlah kamu bebani mereka dengan apa-apa yang mereka tidak sanggup memikulnya. Dan apabila kamu harus membebani mereka di luar kemampuan, maka bantulah mereka.” (HR. Ibnu Majah).

Dalam manajemen keuangan keluarga juga tidak dapat dilepaskan dari optimalisasi potensi keluarga termasuk anak-anak untuk menghasilkan rezki Allah. Islam senantiasa memperhatikan masalah pertumbuhan anak dengan anjuran agar anak-anak dilatih mandiri dan berpenghasilan sejak usia remaja di samping berhemat agar pertumbuhan ekonomi keluarga muslim dapat berjalan lancar yang merupakan makna realisasi keberkahan secara kuantitas maka Islam melarang orang tua untuk memanjakan anak-anak sehingga tumbuh menjadi benalu, tidak mandiri dan bergantung kepada orang lain. Firman Allah Swt. di awal (QS. An-Nisa [4]:6) mengisyaratkan bahwa kita wajib mendidik dan membiasakan anak-anak untuk cakap mengurus, mengelola dan mengembangkan harta, sehingga mereka dapat hidup mandiri yang nantinya akan menjadi kepala rumah tangga bagi laki-laki dan pengurus keuangan keluarga bagi perempuan, di samping anak terlatih untuk bekerja, meringankan beban dan membantu orang tua. []

Barokah waktu pagi

 

image

Dari sahabat Shokhr Al Ghomidiy, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اللَّهُمَّ بَارِكْ لأُمَّتِى فِى بُكُورِهَا

Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.” Apabila mengirim peleton pasukan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengirimnya di waktu pagi. Sahabat Shokhr sendiri (yang meriwayatkan hadits ini) adalah seorang pedagang. Dia biasa membawa barang dagangannya ketika pagi hari. Karena hal itu dia menjadi kaya dan banyak harta. Abu Daud mengatakan bahwa dia adalah Shokhr bin Wada’ah. (HR. Abu Daud no. 2606, Tirmidzi no. 1212, Shahih sebagaimana kata Syaikh Al Albani)

Beberapa pelajaran penting bisa kita petik dari sepenggal kisah Shokr di atas:

1. Perhatian pada ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akan menuai berkah. Lihatlah bagaimana Shokr Al Ghomidi radhiyallahu ‘anhu, beliau bisa meraup berkah hanya karena mengamalkan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau tidak lagi melihat apakah sabda beliau memang benar sudah terbukti, memang mujarab, atau menunggu penelitian ahli akan hal itu. Sahabat mulia tersebut hanyalah ‘sami’na wa atho’na’, dengar dan langsung taat. Tidak seperti sebagian orang yang ketika mendengar hadits Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam malah mengingkarinya, malah mengatakan itu tidak sesuai dengan saran dokter. Seperti mereka mengingkari sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

إِذَا وَقَعَ الذُّبَابُ فِى إِنَاءِ أَحَدِكُمْ ، فَلْيَغْمِسْهُ كُلَّهُ ، ثُمَّ لْيَطْرَحْهُ ، فَإِنَّ فِى أَحَدِ جَنَاحَيْهِ شِفَاءً وَفِى الآخَرِ دَاءً

Jika seekor lalat jatuh di tempat minum salah seorang di antara kalian, maka celupkanlah seluruh bagian lalat tersebut. Lalu buanglah lalat tadi. Karena di salah satu sayapnya terdapat penawar dan sayap lainnya adalah racun.” (HR. Bukhari no. 5872). Orang yang benar beriman pada Allah dan Rasul-Nya, tentu merespon dan taat. Ditambah lagi penelitian terkini dari pakar menunjukkan benarnya sabda beliau ini. Dan Rasul tentu saja sebagaimana disebutkan dalam ayat (yang artinya), “Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. An Najm: 3-4)

2. Waktu pagi adalah waktu penuh barokah. Sampai-sampai para ulama menghabiskan waktu pagi tersebut untuk berdzikir dan beramal sholeh. Jika tidak berdzikir, maka aktivitas di hari itu bisa jadi tidak bersemangat. Sebagaimana hal ini dibuktikan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (Lihat Al Wabilush Shoyyib karya Ibnul Qayyim).

3. Barokahnya waktu pagi bisa dimanfaatkan dengan berpagi-pagi dalam berdagang. Lihatlah apa yang dibuktikan oleh Shokr bin Wada’ah. Beliau jadi kaya raya karena benar-benar memanfaatkan waktu tersebut. Kita pun dapat melihat para pedagang yang biasa membuka jajanannya di pagi hari seperti menjual sarapan pagi untuk keperluan anak sekolah, dagangan mereka cepat laris dan habis. Karena pagi hari orang begitu butuh pada keperluan tersebut. Inilah barokah waktu pagi.

4. Hadits ini juga menunjukkan mustajabnya do’a Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, jadilah waktu pagi adalah waktu penuh berkah. Dalam Tuhfatul Ahwadzi Syarh At Tirmidzi (3: 305) disebutkan bahwa karena perhatian Shokr Al Ghomidi pada ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memanfaatkan waktu pagi dan mustajabnya do’a Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ini bagi siapa saja yang memanfaatkan waktu pagi, akhirnya Shokr –seorang pedagang- menjadi kaya raya.

Cara untuk meraup berkah di pagi hari adalah tidak begadang hingga larut malam. Jika kita memiliki toko atau warung, maka sebaiknya tutup lebih awal sehingga kita bisa benar-benar memanfaatkan waktu pagi. Apalagi jika barang yang ditawarkan oleh toko atau warung tersebut dibutuhkan oleh banyak orang di pagi hari.

Perjalan hidup seorang anak manusia dengan jelas digambarkan Allah swt

tentang perjalan hidup seorang anak manusia dengan jelas digambarkan Allah swt di banyak tempat di dalam Al Qur’an. Yang secara jelas menunjukkan bahwa manusia ini menapaki umurnya, menjalani hidupnya untuk menuju sebuah kematian. Setiap bani Adam akan mengalaminya, mukminkah ia atau munafik atau orang kafir.

Seorang penyair mengatakan :

Sesungguhnya kamu adalah rangkaian dari hari-hari

Jika satu hari berlalu, maka jatah hidup kamu berkurang

Sampai akhir ajal menjelang

Perjalanan menuju kematian ini diinformasikan Allah swt dalam firman-Nya :

Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami berbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya). Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan, Maka apabila dia menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya bekata kepadanya: “Jadilah”, Maka jadilah ia.” Al Mu’min : 67-68.

Ayat yang senada dengan ini disebutkan dalam surat Al Hajj : 5-8

” Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), Maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah,Dialah yang haq. Dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur. Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa Kitab (wahyu) yang bercahaya.”

Subhanallah, gambaran perjalanan seorang anak manusia yang sangat detail dan menakjubkan.

Ujung dari perjalanan seorang manusia di dunia ini adalah kematian. Kematian selalu mengintai manusia. Suka tidak suka, mau tidak mau setiap manusia pasti akan mengakhiri hidupnya. Sudah banyak saudara-saudara kita yang meninggalkan dunia ini satu demi satu.

Kematian adalah sebuah kepastian. Namun bagaimana kita mati, itu adalah pilihan. kita tinggal pilih, mau meninggal dalam kondisi husnul khatimah atau su’ul khatimah, wai iyadzubillah. Karena itu persoalannya adalah: Bagaimana kondisi kita saat ajal menjelang ? Bagaimana seorang mukmin mengakhiri hidupnya ? Bagaimana orang munafik dan orang kafir menghembuskan nafas terakhirnya ?

Kematian adalah tahapan yang paling sulit dalam kehidupan setiap manusia. Kondisi ini barbanding sama dengan baik atau buruknya seseorang dalam hidupnya. Allah swt berfirman : ”Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.” Qaf : 19

Dalam hadits sahih Rasulullah saw menegaskan :

قال: صلى الله عليه وسلم في الحديث الصحيح: (إن للموت سكرات)

”Sungguh kematian itu disertai sekarat”. HR. Al Bukhari (Tafsir Al Qurtubhi, Juz 6, Hal 133)

Sakaratul maut adalah kondisi yang sangat berat dan dahsyat bagi setiap manusia. Tak terkecuali Rasulullah saw pun menghadapi hal yang sama. Namur beliau mendapatkan penjagaan dan pemeliharaan langsung dari Allah swt.

عن عائشة أيضاً قالت : « لقد رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو بالموت وعنده قدح فيه ماء وهو يدخل يده القدح ثم يمسح وجهه بالماء ثم يقول : اللهم أعني على سكرات الموت »

Dari Aisyah ra berkata, ”Saya melihat Rasulullah saw ketika maut menjelang, sedangkan di dekatnya ada tungku berisikan air, kemudian ia memasukkan tangannya ke dalam tungku itu, lalu mengusap wajahnya dengan air sambil berdo’a: ”Ya Allah, tolong saya saat menghadapi sakaratul maut.” HR. Al Hakim

Saking beratnya sakaratul maut itu, Rasulullah saw mengeluarkan keringat dingin di keningnya yang mulia. Bahkan Fatimah, putri Rasulullah swt yang berada di dekat ayahnya merasakan merinding ketika sakaratul maut itu datang menjemputnya.

Para ulama menyimpulkan tanda keluar keringat dingin menunjukkan seseorang itu malu kepada Allah swt saat hendak perjumpa dengan-Nya, lantaran tidak sebanding karunia yang Allah berikan kepadanya dengan ketaatan yang ia persembahkan kepada-Nya. Atau keringat dingin itu pertanda pertaubatan yang sebenarnya dari seorang anak manusia.

Saat sakaratul maut inilah perjuangan yang sangat menentukan nasib seseorang. Ketika itu pertaruangan antara pasukan setan dan para Malaikat berkecamuk, sampai-sampai Malaikat Jibril turun langsung membantu menyelamatkan orang shalih.

Dikisahkan, bahwa Imam Ahmad bin Hambal saat mengalami sakaratul maut, ditalkin oleh anaknya untuk bersyahadah. Namun sang Imam mengatakan tidak, berkali-kali kondisi itu sampai akhirnya ia tak sadarkan diri. Ketika siuman, sang anak bertanya: Kenapa ayah menolak untuk mengucapkan kalimatud tauhid ? Ayahnya menjawab, Sungguh setan-setan berebut memperdaya saya untuk tidak bersyahadah. Sampai-sampai di antara setan-setan itu ada yang menggigit jari-jari kaki saya.

Sebagian ulama tafsir ketika menafsirkan surat Fushshilat ayat 30, “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” turunnya para malaikat termasuk malaikat Jibril membantu meringankan proses sakaratul maut orang shalih melawan tipu daya setan.

Gambaran beratnya proses sakaratul maut juga diibaratkan dengan hunusan pedang dan tajamnya gergaji. Rasulullah saw bersabda :

وروي: (إن الموت أشد من ضرب بالسيوف ونشر بالمناشير).

”Sesungguhnya kematian itu lebih dahsyat dari sabetan pedang dan lebih pedih dari potongan gergaji” (Tafisr Al Qurthubi, Jilid 17, hal 13)

Nabiyullah Isa alaihissalam juga mengajarkan do’a kemudahaan saat sakaratul maut kepada hawariyyun –para pendukungnya-.

وقال عيسى بن مريم: (يا معشر الحواريين أدعوا الله أن يهون عليكم هذه السكرة) يعني سكرات الموت.

Nabi Isa berkata : ”Wahai para pendukungku, berdoa’alah kepada Allah agar meringankan sakaratul maut kalian.”

Dalam do’a-do’a yang sering kita lantunkan, kita meminta dengan kerendahan hati ”Ya Allah, kami memohon kepada Engkau keselamatan dalam agama, kesehatan badan, keberkahan rizki, taubat sebelum ajal, kasih sayang saat ajal, ampunan setalah mati. Ya Allah, mudahkanlah bagi kami saat sakaratul maut menghadap, ampunan ketika hari penghitungan, dan selamat dari api neraka.”

Semoga kita diwafatkan oleh Allah swt dalam kondisi kening mengeluarkan keringat dingin sebagai wujud pertaubatan sejati dan penerimaan Allah swt insya Allah, amin ya Mujibas sa’ilin. Allahu a’lam

Sumber : http://www.dakwatuna.com/2008/perjalanan-menuju-kematian-bag-i/

Minggu, 20 November 2011

Doa menyembuhkan sakit,kecewa dan luka hati

Doa ini untuk menyembuhkan sakit, kecewa & luka hati anda. "Ya Allah, Engkau karuniakan kami rasa sakit hati karena perbuatannya, kami mensyukuri cobaan ini, semoga ini membuat kami menjadi orang yang lebih kuat & lebih sabar, semoga ini menjadi jalan untuk Engkau ampuni dosa kami & semoga orang yang telah dzalimi kami Engkau sadarkan, Engkau perbaiki & Engkau berkahi hidupnya."

renungan :

Bismillah . . .

- Setelah lapar akan datang kenyang,

- Setelah dahaga akan datang kesegaran,

- Setelah sakit pasti ada kesembuhan,

- Setelah kefakiran akan datang kekayaan,

- Dan kesedihan itu selalu dibarengi oleh kebahagiaan.

Inilah sunnah Allah yang tidak bisa diganggu gugat.

Wahai diriku dan teman2 yg baik . . .

Renungkanlah surat Alam nasyrah laka shadrak, dan ingat ketika kita berada dalam kesulitan. Ketahuilah bahwa surat ini adalah obat paling mujarab untuk menghadapi tekanan.

Kera yang Membuang Separuh Uang ke Laut

Pengantar kisah teladan penuh hikmah

Inilah kisah seekor kera yang mengikuti seorang pedagang yang culas. Dia mencampur khamr yang dijualnya dengan air. Suatu hari, kera ini mengambil harta pedagang dan membawanya ke atas tiang perahu. Kera ini membagi harta itu dengan adil. Satu dinar dilemparkan ke laut dan satu dinar dilempar ke perahu; ia membaginya menjadi dua bagian. Kera ini menenggelamkan harta yang didapat oleh pedagang ini sebagai imbalan atas kecurangannya yang mencampur khamr dengan air, dan kera ini menyisakan separuh harta yang berhak didapat oleh pedagang itu dari khamar.

Teks Hadis

Dari Abu Hurairah dari RasulullahShallallahu Alahi wa Sallam bersabda, "Ada seorang laki-laki yang menjual khamar di sebuah perahu. Dia mencampur khamr dengan air. Dia mempunyai seekor kera. Kera ini mengambil kantong uang dan membawanya ke tiang perahu. Kera itu lalu membuang satu dinar ke laut dan satu dinar ke perahu, sehingga ia membaginya menjadi dua bagian."

Takhrij Hadis

Syaikh Nashiruddin Al-Albani menyebutkan hadis ini dalam Silsilah Al-Ahadis Ash-Shahihah (6/826), hadis no. 2844. Dia berkata tentang takhrijnya,"Diriwayatkan oleh Al-Harbi dalam Al-Gharib (5/155/22): Musa menyampaikan kepada kami, Hammad bin Ishaq bin Abi Thalhah menyampaikan kepada kami dari Abu Shalih dari Abu Hurairah secara marfu'."

Aku berkata, "Ini adalah sanad yang shahih. Hadis ini diriwayatkan oleh Ahmad (2/306 dan 335, 407), Al-Harits dalam Musnad -nya (2/50 –tambahan-tambahannya), Baihaqi dalam Syuabul Iman (4/332/5307 dari beberapa jalan)."

Syaikh Al-Albani telah menyebutkan jalan-jalan periwayatan hadis ini dan menjelaskan sanad-sanadnya. Silakan merujuk jika anda menginginkan.

Penjelasan Hadis

Ini adalah kisah seorang pedagang yang mencampur air dengan khamar. Keranya mengambil uang hasil penjualan khamar. Kera ini membagi harta itu menjadi dua bagian. Separuh di buang ke laut dan separuh lagi dibiarkan di perahu dengan cara seperti yang disebutkan dalam hadis.

Hadis ini mengisyaratkan kerugian dunia yang menimpa pedagang-pedagang yang curang. Mereka mencampur yang baik dengan yang buruk atau mencampur sesuatu dengan sesuatu yang tidak berharga atau berharga rendah, seperti orang-orang yang mencampur susu dengan air atau bensin dengan minyak atau minyak dengan air. Mereka ini memakan harta orang lain dengan cara yang batil. Harta yang didapat dari perbuatan seperti ini adalah harta haram yang dihisab karenanya pada hari kiamat.

Banyak rahasia pada hewan-hewan yang tidak kita ketahui kecuali hanya sedikit. Kera, lebih-lebih yang jinak, bisa membuat keajaiban. Di antaranya adalah seperti yang dilakukan oleh keraini. Ia membuang satu dinar ke laut dan dinar yang lain ke perahu seperti yang dijelaskan dalam hadis.

Mungkin ada yang bertanya,"Bagaiamana orang ini disalahkan karena kecurangannya dan tidak disalahkan karena menjual khamar yang diharamkan oleh Allah?

Jawabannya adalah bahwa khamar tidak diharamkan dalam syariat mereka. Di awal kehidupan Madinah khamr juga belum diharamkan. Lalu dicela tanpa diharamkan, lalu diharamkan meminumnya di waktu sebelum shalat di mana menjualnya juga belum diharamkan, lalu diharamkan meminumnya.

Pada waktu khamr belum diharamkan, kaum muslimin menjualbelikannya secara terbuka. Sedangkan berbuat curang pada waktu itu telah diharamkan dan dihukum karenanya.

Pelajaran-Pelajaran dan Faedah-Faedah Hadis

1. Larang berbuat curang, seperti mencampur susu dengan air. Harta yang diraih dengan cara ini bisa lenyap di dunia sebelum akhirat.

2. Keunikan kera yang dengan adil dalam memberi hukum kepada harta orang itu.

3. Halalnya khamr bagi kaum laki-laki dari kalangan mereka.

4. Boleh naik perahu dan berdagang di atasnya.

5. Adanya perahu dan dinar-dinar yang tercetak sejak zaman dahulu.

Sumber; diadaptasi dari DR. Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar, Shahih Qashashin Nabawi , atau Ensklopedia Kisah Shahih Sepanjang Masa, terj. Izzudin Karimi, Lc. (Pustaka Yassir, 2008), hlm. 223-225.